Kamis, 31 Januari 2013

Lapangan Basket, Sore Tadi..

Sore ini langit mendung, sisa2 tetesan air hujan masih menggenangi beberapa titik lantai lapangan basket yang mulai rusak karena sudah tak kuasa menahan sengatan matahari dan kerasnya tetesan air hujan.
Dari saya sekolah (sebagai murid) hingga kembali ke sekolah ini lagi (sebagai pembina ekskul) lapangan ini praktis masih sama dan belum pernah dipugar, jadi tak heran kalau sekarang lantainya mulai "rontok" dimakan usia.
Saya duduk di bench (bangku cadangan) menunggu datangnya anak-anak ekskul bola basket yang entah kenapa sampai jam setengah lima masih saja sepi, memang cuaca mendung seperti ini paling enak dipakai buat tidur atau istirahat di rumah.
3 anak mendatangi lapangan basket, "maaf coach, terlambat.. " sudah menjadi semacam "ritual" yang diucapkan anak-anak yang baru datang kalau saya sudah berada di lapangan lebih dulu.
"anak-anak yang lain masih pada jadi supporter LPI" (Liga Pelajar Indonesia, cabang sepak bola) Adi, ketua ekskul menimpali seakan bisa membaca pertanyaan yang ada di kepala saya.

Tanpa menunggu komando, mereka bertiga langsung melakukan "ritual" berikutnya, mengepel lantai. Ya, "ritual" ini wajib dilakukan bagi semua yang ikut ekskul basket andaikata lapangan basah dan penuh genangan air setelah hujan.

"tadi LPI main jam berapa?" tanyaku ke Ucok, murid kelas 10 yang masih asik menyingkirkan genangan air ke pinggir lapangan menggunakan sapu lidi.. "Ini masih main coach.. oya, ada yang meninggal coach, pemain LPI SMA sini... " Jawaban Ucok yang terakhir membuat saya penasaran. "meninggal kenapa, tawuran?"

 Adi dan Joni yang masih berusaha menyingkirkan genangan di sudut lapangan lain sepertinya mendengar percakapan antara saya dan Ucok, mereka mulai ikut merapat seperti ingin menjelaskan juga.

"kecelakaan coach, tadi mau berangkat LPI kesrempet truk, 1meninggal 1kritis..." kali ini Joni bersuara. Saya terdiam, butiran-butiran air hujan kembali turun menghujam lantai tua lapangan basket tanpa ampun.
Tanpa menunggu perintah, "ritual" kala turun hujan segera kami lakukan, lari menuju parkiran motor di sebelah lapangan basket.
Sepertinya alam juga ikut berduka, memaksa kami tidak latihan sore ini sebagai rasa belasungkawa. Ditempat parkir kami merapat "jadikan pelajaran, khusus ekskul basket saya tolerir semua bentuk alasan datang terlambat, jangan pernah karena takut datang terlambat kalian menepikan akal sehat.."

Hujan mulai reda, langit masih menghitam, "hariini kita tidak latihan dulu, mumpung sudah tidak hujan kalian boleh pulang" mendengar ucapan saya, "ritual" tiap selesai latihan kami lakukan, formasi melingkar dan saling berpegangan tangan.
Adi memimpin doa, doa untuk bermanfaatnya "ilmu" yang kami dapat hariini, keselamatan kita bersama, dan tak lupa doa buat sahabat dan teman kami yang meninggal dan masih dirawat di rumah sakit.

SMA N 1 Kedungwuni, 31 Januari, sore tadi.

R.I.P: M. Fairuz Syaibani

Baca Juga Koleksi Artikel Lainnya:



3 komentar:

FPerdhana mengatakan...

semoga Tuhan menerima amal ibadah yang dipanggilNya mas.. salam kenal.

cOach Hakim mengatakan...

amiin.. salam kenal balik mas..
*salaman*

ars mengatakan...

ada ironi yg terjadi. coach harus menerapkan kedisiplinan dgn menghukum yg terlambat, di sisi lain jg hrs mentolerir keterlambatan utk alasan keselamatan :)

Posting Komentar