Sabtu, 04 Januari 2014

LILIN MAKSIAT!!! (Sebuah Cerita Bodoh)

Postingan ini terinspirasi dari project menulisnya soyid (@soyidiyos) dan Zulhaq (@zulhaq_) di twitter, mereka berdua bikin challange buat para follower-nya yaitu tentang hal-hal atau peristiwa yang pernah kita lakukan semasa kecil dengan hestek #30HariMenulisCeritaKebodohanMasaKecil. Sebagai mahluk yang sering mengalami hal2 "bodoh" saya tertantang buat ikutan ini project, tapi terbentur dengan aturan kalau peristiwa yang dialami maksimal kelas 6 SD.

Padahal saya pas SD masih polos-polosnya *buka album foto SD* , dan kejadian2 "bodoh" yang saya alami kebanyakan setelah saya duduk di bangku SMP.

(Bukan Foto SD  Saya!!!)

Kejadian ini terjadi pas saya duduk dibangku SMP kelas 2,
cerita ini bermula dari keisengan teman satu bangku (1 bangku berdua?) oke ralat, maksudnya teman satu meja saya waktu itu, sebut saja Bunga (bukan nama sebenarnya) Heri. Ceritanya hari itu si Heri ini bawa lilin ke sekolah (lilin putih biasa, yang ada sumbunya), entah sengaja atau gak sengaja kebawa di tas, atau nemu di jalan yang jelas lilin ini pada akhirnya membawa malapetaka di kelas khususnya buat kami berdua.

Bukan, Heri bukan menyuruh anak2  sekelas ngunyah lilin berjamaah, atau melumuri gorengan dengan lilin untuk kemudian dimakan rame-rame yang membuat kami semua keracunan, sama sekali bukan! (Terus apa donggg....???)
Jadi pas saya masih nyatet pelajaran di buku tulis, tanpa sepengetahuan saya Heri ini ternyata iseng ngolesin lilin di buku saya. Pas bolpoin saya sampe di olesan lilin tersebut praktis gak bisa buat nulis maklum lapisan buku jadi licin, yang ada ujung pulpen berlumuran lilin dan susah buat dipake.
Saya awalnya belum tau kalau ini adalah kerjaan si Heri saya kira ini sekedar "kecelakaan" biasa, pas tau Heri ngikik saya baru sadar ternyata ini kerjaan si Heri. Saya sempat marah si, tapi akhirnya justru muncul ide gebleg buat ngerjain yang lainnya dengan metode yang sama, mengoles lilin di buku tulis.

Korban pertama kami adalah Mawar (bukan nama sebenarnya) Rozak dan Iwan mereka berdua duduk satu meja tepat di depan kami (sasaran empuk buat dijadikan kelinci percobaan, hihi..) *senyum licik*. Dengan modus "pinjam catatannya dong..." kami pun mendapatkan buku mereka berdua dengan mudah, maklum mereka berdoa termasuk kategori anak pinter dan rajin jadi udah jadi langganan dipinjami catatannya.

Setelah aksi dilakukan kami pun segera mengembalikan buku catatandua mahluk tak berdosa ini, "nih udah, makasih ya?" tanpa curiga mereka melanjutkan menulis catatan, dan beberapa menit kemudian ...... yap! mereka seperti sedang balapan bersih-bersih pulpen, garuk-garuk buku tulis, sampai akhirnya mereka berbalik badan ke arah kami.
Kami ketahuan kemudian dibawa ke kantor polisi dan kami cuma bisa nyengir, parahnya lagi mereka ngerti kalau yang dioles dibuku mereka adalah lilin. Dasar anak pinter, tau aja rahasia kita! *sembah*
selesai sampai disini? belum!

TET..TEETTT....TEEEETTTTTT...... bel istirahat kedua, beberapa teman berhamburan keluar, yang kelompok alim mereka sholat dhuhur, kelompok yang uang sakunya banyak pada nongkrong2 di kantin (sambil jajan tentunya!), yang rajin2 macam Iwan dan Rozak tetep standby di kelas menyiapkan pelajaran selanjutnya, maklum pelajaran terakhir hari itu adalah matematika.

Kebetulan saat itu kami lagi  males keluar, jadi kami tetep di kelas buat belajar main2. Sampai akhirnya Heri ngasih ide buat ngerjain guru matematika, entah bisikan setan darimana sampai muncul ide ngolesin buku jurnal dengan lilin! (FYI: Buku jurnal adalah buku yang diletakkan di atas meja guru, yang nanti diisi oleh guru yang mengajar di kelas tersebut, isinya kolom berupa, jam pelajaran, tanggal, mapel, nama guru, materi yang diajarkan, dan paraf).
Awalnya saya sempat mikir2, tapi sepertinya setan yang membisiki Heri juga memaksa saya buat meng iya-kan.  Maklum pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran yang saya benci, selain fisika tentunya (pernah saya tulis disini ), otomatis kalau sudah gak suka pelajarannya kita jadi males sama gurunya begitu juga dengan saya. 

Ceritanya begini....
Demi etika nama guru kami samarkan, inisialnya "E" huruf belakangnya "I" terdiri dari tiga huruf dan huruf tengahnya adalah "D". Mudah2an dengan saya samarkan seperti ini tidak ada pihak2 yang merasa dirugikan.

Sebenernya saya dan Heri gak ada masalah sama Bapak "E" ini, satu-satunya kesalahan dia dimata kami berdua adalah karena dia mengajar matematika, udah itu aja, titik!

Misi dimulai, saat yang lain sibuk belajar, diskusi, atau guyon dengan yang lain di kelas, kami sibuk mengoles lilin dibuku jurnal, tepatnya di kolom jam pelajaran ke 7 dan 8 (jam pelajaran matematika yang diampu Bapak "E" ini) setelah sukses mengoles lilin di tempat yang kemungkinan akan "dicoret-coret" Bapak "E" kami mulai memeriksa dengan seksama apakah ini nantinya mencurigakan apa tidak?
Setelah semua aman dan terlihat tidak mencurigakan tetiba muncul ide di pikiran saya, TING!!!! *lampu dikepala*  "Gimana Her, kalau yang diolesi gak cuma di kolom pelajaran ke 7 dan 8, tapi sekalian dari atas, biar gak ada dugaan kalau kita cuma "sabotase" pelajaran Bapak "E", gimana???" saya mengusulkan dengan antusias sekali "Cerdas!!! Brilliant, Excellent, Ide yang Sangat Cemerlang Sekali kawan", Heri menimpali. (sengaja dilebih2kan biar kesannya dramatis, padahal tanggapan Heri biasa aja, dia cuma bilang "oke, boleh") :(

TETTTT.....TEEETTTT......TEETTTTTT.......... 
Bel masuk berbunyi, tapi beberapa anak yang tadi istirahat diluar malah pada lari ke kelas sambil teriak-teriak "PULANG..... PULANGGGG.....PULANGGGGG........!!!!! " wajah2 sumringah tampak menghiasi raut muka mereka.

wahhh.... kampret!!! ternyata kita dipulangkan lebih awal karena Bapak Ibu guru ada rapat, jam ke-7 dan 8 pun kosong tidak jadi ada pelajaran matematika, MISI GAGAL TOTAL!!! 

HOREEEE...... HOREEEE..... MERDEKAAA....!!!! seisi kelas bersorak girang layaknya baru lepas dari penjajahan Belanda, ada yang salto, ada yang joget shufflle , bahkan ada yang bareng2 menari saman!!! (lagi, adegan ini sengaja dilebihkan biar terkesan dramatis)

Sementara yang lain bersuka cita, Saya dan Heri cuma bengong dan saling pandang untuk sesat  kemudian menertawakan diri sendiri tentang apa yang telah kita perbuat dan rencanakan hari ini. :D


"PADA AKHIRNYA MANUSIA CUMA DAPAT BERUSAHA DAN MERENCANAKAN, TAPI TUHAN-LAH YANG MENENTUKAN" :D
follow me on twitter: @ELHAK1M

Baca Juga Koleksi Artikel Lainnya:



1 komentar:

zulhaq mengatakan...

Usil sih, jadinya recana gagal. :))))

Posting Komentar