Suara seperti dorongan gerobak membuat
saya terjaga, suara yang terdengar lebih keras dari suara air hujan pagi ini memaksa saya bangun lebih awal meskipun ini adalah hari minggu, hari yang
sebagian orang menyebutnya sebagai hari leyeh-leyeh
nasional.
Dinginnya pagi membuat saya
enggan “bersahabat” dengan kamar mandi kali ini, ditambah hasil seri pertandingan
Liverpool dinihari tadi semakin meyakinkan saya kalau melanjutkan tidur dan leyeh-leyeh di atas kasur adalah
keputusan paling bijak realistis saat ini, apalagi dirumah lagi sendirian,
cocok!. Tapi saya masih punya hutang, hutang buat mandi pagi ini setelah
kemarin sore absen untuk tidak mandi dengan alesan klasik, dingin!
*masak air*
05.30
Tampak dari jendela samping rumah
hujan di luar masih deras, mata saya tertuju ke halaman rumah tetangga yang
biasanya disewakan buat tempat “parkir” gerobak penjual bolang-baling. Halamannya
kosong, rupanya suara dorongan gerobak subuh tadi adalah suara gerobak penjual bolang-baling.
Tapi apa iya hujan deras begini jualan? Masa iya dari rumah yang jaraknya
lumayan jauh dia rela hujan-hujanan buat ambil gerobak, mendorong, dan
memangkalnya dipinggir jalan dan jualan seperti biasa? Bukankah hujan seperti
ini biasanya orang-orang lebih memilih mengurung diri di rumah dan males
keluar? Apakah penjual ini tidak mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
seperti ini? Ah, sudahlah.