Rabu, 08 Mei 2013

Saat-Saat Bingung Kuliah

Masa2 pendaftaran kuliah seperti sekarang mengingatkan saya akan peristiwa serupa sepuluh beberapa tahun yang silam. 

Begini ceritanya ........ *flashback*

Layaknya pelajar yang telah selesai melewati Ujian Nasional pada umumnya, saya pun dihadapkan pada sebuah pertanyaan yang sering ditanyakan guru BK: mau kemana setelah tamat SMA? melanjutkan kuliah, bekerja, atau jadi pengangguran. 

Sebuah pilihan yang gampang, karena memang sedari awal saya selalu penasaran dengan kehidupan kampus yang selama ini digambarkan sebagai tempat pendidikan yang menyenangkan, pergaulan yang asik, mahasiswi2 yang cantik, dan hal-hal menyenangkan lainnya seperti yang sering saya lihat di FTV SCTV. Saya pun menjawab pertanyaan atas pertanyaan “Akan kemana setelah lulus SMA” tadi dengan semangat: KULIAH!!! *mengepalkan tangan keudara*


Setelah pertanyaan pertama terjawab, muncul pertanyaan2 lanjutan yang ternyata jawabannya tak semudah mengepalkan tangan ataupun menghentakkan kaki ala Arya Wiguna. Pertanyaan ini harus dijawab serius, karena akan menentukan bagaimana kelanjutan masa depan saya nantinya.
Pertanyaan2 lanjutan itu antara lain: mau kuliah dimana, fakultas apa, ambil jurusan apa???

*semedi di atas genteng, cari wangsit*

Setelah melalui berbagai macam pemikiran dan melewati 7 hari 7 malam di atas genteng akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jurusan: APA SAJA. (lahhh???!!!)

Ya, saya memutuskan mengambil jurusan apa saja, pokoknya yang tidak ada hitung2an-nya, kalian tau kan otak saya alergi sama pelajaran hitung2an macam matematika dan kroni-kroninya, buat yang belum tau tingkat kepayahan otak saya dalam mencerna pelajaran hitung2an kalian bisa baca di sini.
Setelah mengumpulkan berbagai informasi dari brosur2 yang dibagikan kakak2 mahasiswa/i pas promosi kampus dulu, saya mendapatkan beberapa (baca: dua) alternativ pilihan: Desain Grafis dan Komunikasi.

Bayangan saya waktu itu desain grafis itu kuliahnya cuma ngegambar, dan hal2 yang berkaitan dengan desain-mendisain, cocoklah dengan passion saya! terus kalau kuliah komunikasi itu sesuai namanya, kita cuma “ngobrol2” (komunikasi) dan mempelajari berbagai bahasa untuk memudahkan komunikasi. Dan yang paling penting kedua jurusan tadi menurut saya KEREN dan tidak ada mata kuliah hitung2annya. Cocok!!! 

Sebuah pemikiran yang sempit memang, tapi ya harap maklum waktu itu saya masih kecil, belum akil baligh juga. ha..ha..  :P

Setelah mantap dengan 2 pilihan itu, saya akhirnya membawa “proposal” dan menghadap para donatur yang akan membiayai saya selama kuliah (baca: orang tua) akhirnya Alhamdulillah…. Ditolak!!!

Jurusan Desain grafis yang saya tawarkan waktu itu adalah universitas swasta, sementara orangtua menghendaki negeri, alasannya saya yakin sama dengan orang tua2 kalian: di negeri lebih murah, jadi irit biaya. Sementara jurusan komunikasi yang saya tawarkan memang universitas negeri tapi ditolak juga karena saya cuma cengar-cengir waktu ditanya kalau sudah lulus mau jadi apa???

Begitulah orang tua kadang pola pikirnya tidak terjangkau oleh kita2 yang asal memutuskan sesuatu tanpa pikir panjang atas dasar kesenangan saat ini, tanpa pikir akibat yang muncul setelah kita ambil keputusan itu.

Mikir lagi,  krik… krik…. Krik…..

*Kaliini tidak di atas genteng, tapi di atas menara sutet*

Jawaban dari para donatur benar2 membuat pikiran saya terbuka, bullshitlah kalau ada yang ngomong “kuliah buat cari ilmu, bukan cari kerja”. Mungkin ada benarnya juga, tapi kalau bisa kuliah habis itu bekerja sesuai dengan ilmu yang kita pelajari kenapa enggak? Pasti hasilnya akan lebih optimal.

Dan menurut para donatur kuliah jurusan pendidikan adalah pilihan yang paling tepat, lulusannya udah jelas: jadi guru!

Meskipun dari kata2 lisan mereka tetap menyerahkan keputusan sepenuhnya ditangan saya, tetapi dari kedua wajah mereka saya bisa melihat perkataan: “sudah, kamu kuliah pendidikan saja, jadi guru”

Kuliah jurusan pendidikan gak se-keren jurusan desain grafis ataupun komunikasi, selama saya nonton FTV juga gak pernah jurusan ini diangkat kisahnya, terus mahasiswa/i-nya dandanannya pasti sopan-sopan dan baju rapih dimasukkan, yang mahasiswa cowok rambutnya klimis dan gak boleh gondrong, layaknya calon Bapak dan Ibu Guru lah. Pokoknya jauh dari gambaran2 seperti yang saya lihat di FTV. (bayangan horror saya tentang kuliah jurusan ke-guruan waktu itu)

Bisakah saya kuliah dengan aturan2 ketat seperti itu? Sementara saya kuliah juga sebenarnya pengin sedikit “bebas” dari aturan2 layaknya sekolah (SMP / SMA).

Semua keputusan ditangan saya, meskipun demikian saya juga tidak mau “mengecewakan” orang tua saya yang juga bertindak sebagai donator tetap dengan memaksakan pilihan. Tapi kan yang bakalan menjalani proses kuliah ini saya??? Tapi saya pengin orang tua saya bahagia??? *bingung* 

Ditengah kebingungan yang melanda, akhirnya saya mencoba mengambil jalan tengah saya cari unversitas (pendidikan) negeri dan ambil jurusan yang gak ada hitung2annya (teteup!)

Ketemulah Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan jurusan yang ingin saya ambil adalah Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKLO), dengan beberapa alasan:
Pertama, karena saya suka olahraga, yang kedua pengin menghindar dari mata kuliah itung2an! iya, matematika dan kroni2nya, yang ketiga saya ingin membahagiakan kedua orangtua saya :’) *hiks… 

Setelah mendapat persetujuan dari para donatur dan mengambil formulir pendaftaran akhirnya dengan mengucap Bismillah saya menuliskan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKLO) sebagai pilihan pertama dan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) sebagai alternativ pilihan kedua. (FYI: Keduanya adalah jurusan2 di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES).

Bersambung…..

Baca Juga Koleksi Artikel Lainnya:



2 komentar:

mawi wijna mengatakan...

Iya yah. Para pelajar SMA itu jarang bersinggungan dengan dunia kerja, jadi pada bingung klo nerusin kuliah ambilnya jurusan apa, prodi apa.

Tapi sebetulnya, pas mahasiswa dah lulus juga bingung mau kerja apa. Paling banyak berpikir, "kerja apa aja boleh asal halal". Jadilah ilmu mereka kadang nggak cocok dengan dunia kerja.

Paling, ya nanti kalau mereka berniat ambil S2 dan tahu mereka bakal mengatasi permasalahan apa barulah klop antara dunia kerja dan ilmu mereka.

cOach Hakim mengatakan...

yoi bro, masih banyak yang kuliah buat gaya2-an aja, pas udah lulus bingung mau ngapain.. :(

Posting Komentar